Tugas Kepemimpinan Pendidikan Dalam Memajukan Bidang Administrasi Sekolah

 

Fathur Rohman. AR

Dosen STAI Taswirul Afkar Surabaya

Abstrak

     Kepemimpinan Kependidikan atau Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah, Oleh karenanya secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelolah kurikulum, mangelola administrasi peserta didik, personalia, sarana prasarana, dan administrasi keuangan.

         Seorang kepala sekolah mempunyai peranan dalam kepemimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala sekolah selaku pemimpin ialah membantu para guru mengembangkan kesanggupan –kesanggupan mereka secara maksimal   dan menciptakan suasana hidup sekolah yang sehat dan mendorong guru –guru, pegawai-pegawai tata usaha, murid-murid dan orang-orang tua murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran, dan tindakan dalam kegiatan-kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan sekolah.            benar-benar mengenal dan menginsafi, bahwa pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat dari sidang-sidang atau rapat-rapat para staf atau dari suatu bagian kelompok yang mereka adakan, adalah benar-benar keputusan yang dikehendaki oleh staf atau kelompok itu. Demikianlah seharusnya seorang kepala sekolah.

        Kesimpulan bahwa tugas dan fungsi kepemimpinan kependidikan atau kepala sekolah sebagai administrator pendidikan bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, menguasai, dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.

1.      Pendahuluan.

     Pembangunan nasional kita bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila. Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan Pembangunan seluruh  masyarakat Indonesia.

     Membangun manusia Indonesia berarti mempersiapkan bangsa Indonesia untuk menjadi warga negara Indonesia, yang bertanggungjawab dan mampu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Kita membangun sambil mendidik. Bahkan kita dapat katakan bahwa membangun adalah mendidik. Dalam pendidikan ini sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting.

     Untuk mencapai tujuan pendidikan yang sedemikian kompleksnya banyak sekali pihak yang harus bekerja sama seperti orang tua, masyarakat luas, pemerintah, berbagai kelompok / perkumpulan / organisasi. Semua pihak itu mempunyai tanggungjawab masing-masing, memiliki hak dan kewajibannya sendiri-sendiri dalam usaha mereka.

     Sekolah sebagai lembaga yang pelaksanaan pendidikan secara formal hanya merupakan satu unsur pelaksana dalam keseluruhan organisasi pendidikan, tetapi unsur yang dominan, karena sifatnya yang formal itu, yang memungkinkan pelaksanaan pendidikan yang terarah, terkontrol dan teratur (Moch. Rifai, 1984;41).

     Keberhasilan institusi pendidikan dalam mengemban misinya sangat ditentukan oleh mutu keinterelasian unsur-unsur sistemik yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas proses transformasi dan mutu hasil kerja institusi pendidikan, seperti tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya, anak didik, masyarakat, dan lingkungan pendukungnya. Sekian banyak subsistem yang memberikan kontribusi terhadap proses dan 1). keluaran pendidikan, dalam makna educational outcomes, subsistem tenaga kependidikan telah memainkan peranan yang paling esensial.

     Krisis pendidikan tampaknya menjadi pemicu utama diperlukannya kepala sekolah yang inovatif. Salah satu ciri krisis pendidikan adalah guru dalam mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai, isi sajian dalam kurikulum belum mampu menjangkau kebutuhan nyata di aneka sektor di luar sistem pendidikan (terutama sektor pertumbuhan ekonomi), rendahnya produktivitasnya pendidikan (terutama pada tingkat pendidikan tinggi), kualitas lulusan pendidikan yang belum memadai, dan lain-lain (Sudarman Damin, 2002;17).

     Seorang kepala sekolah mempunyai peranan dalam kepemimpinan yang sangat berpengaruh di lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas kepala sekolah selaku pemimpin ialah membantu para guru mengembangkan kesanggupan –kesanggupan mereka secara maksimal   dan menciptakan suasana hidup sekolah yang sehat dan mendorong guru –guru, pegawai-pegawai tata usaha, murid-murid dan orang-orang tua murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran, dan tindakan dalam kegiatan-kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan sekolah (Ngalim Purwanto, 1990;73-74).

     Kepala sekolah sebagai seorang administrator dan supervisi yang bertanggung jawab tentang kelancaran pelaksanaan pendidikan di sekolahnya, serta terpeliharanya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, harus mengutamakan kepentingan pendidikan di sekolahnya di atas kepentingan-kepentingan lainnya.

     Ia harus merupakan seorang pembimbing bagi murid, bagi guru dan pegawainya; dan ia pun merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan semua perlengkapan dan gedung yang diawasinya.

     Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin secara umum ini, ia harus melaksanakannya  secara demokratis. Sebagai pemimpin pendidikan, ia di harapkan menjadi teladan dalam sikap-sikap sebagai  seorang pemimpin, seperti : rendah hati, stabil emosi, jujur, adil dan sebagainya (Moch. Rifai, 1984;189).

     Selanjutnya sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap kemajuan guru-guru. Ia harus sanggup memberikan bantuan kepada guru-guru, agar para guru dapat mengerti dan dapat memberikan penilaian terhadap kecenderungan-kecenderungan keinginan yang ada dalam masyarakat setempat, sehingga tujuan pendidikan dari sekolah itu dapat benar-benar memenuhi kehendak masyarakat itu. Kepala sekolah harus dapat membantu para guru dalam mata pelajaran-mata pelajaran tertentu, sehingga kebutuhan murid-murid, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat perseorangan, dapat terpenuhi. Ia hendaknya merangsang guru-guru mempraktekkan prinsip-prinsip psikologi belajar dalam metoda-metoda mengajar yang mereka pakai. Kepala sekolah harus dapat memberikan penilaian terhadap karakter dan kecakapan masing-masing guru, sehingga dengan demikian, nanti dia dapat memberikan bantuan kepada mereka, dalam usahanya mengadakan perbaikan-perbaikan yang diadakan, dan atas dasar rencana-rencana yang diusulkan oleh stafnya. Ia harus benar-benar mengenal dan menginsafi, bahwa pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat dari sidang-sidang atau rapat-rapat para staf atau dari suatu bagian kelompok yang mereka adakan, adalah benar-benar keputusan yang dikehendaki oleh staf atau kelompok itu. Demikianlah seharusnya seorang kepala sekolah (A. Ghafar, 1992; 154-155)

A.  Pengertian Kepemimpinan

     Perkataan kepemimpinan mengandung pengertian adanya seseorang yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain, yaitu orang-orang yang dipimpinnya, sehingga orang-orang yang dipimpinnya itu berbuat dan bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang-orang yang menggerakkan, mengarahkan, dan mempengaruhi itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Orang yang menggerakkan, mengarahkan, dan yang mempengaruhi orang lain itu disebut pemimpin. Orang yang digerakkan, diarahkan, dan dipengaruhi itu disebut orang yang dipimpin.

     Kepemimpinan ini dapat pula dibagi atas kepemimpinan yang bersifat resmi dan kepemimpinan tidak resmi. Kepemimpinan resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus didasarkan kepada peraturan-peraturan resmi. Sedangkan kepemimpinan tidak resmi di dalam pelaksanaan kepemimpinannya adalah didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan demikian ruang gerak kepemimpinan resmi lebih luas dari kepemimpinan tidak resmi (A. Gafar, 1992;146).

     Kepemimpinan sebagai istilah umum, dapat dirumuskan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Definisi kepemimpinan ini membawa kepada kesimpulan bahwa proses kepemimpinan itu ialah suatu fungsi dari pemimpin, pengikut dan variabel-variabel situasi lain. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa definisi ini tidak menyebut jenis organisasi tertentu. Dalam setiap situasi dimana seseorang sedang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, kepemimpinan terjadi. Jadi, setiap orang pada suatu waktu bisa menjalankan kepemimpinan, apakah kegiatan itu dipusatkan di sekitar bisnis, lembaga pendidikan, rumah sakit, organisasi politik, atau keluarga (Oteng Sutrisna, 1993;300).

     Menurut rumusan Prajudi Atmosudirjo, bahwa kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk  mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa yang demikian rupa,sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya (Ngalim Poerwanto, 1990;25).

     Disamping itu, beberapa ahli mencoba memberikan rumusan yang lebih lengkap yakni : ”Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan atau menggerakkan orang-orang lain agar mereka mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burhanuddin, dkk, 1991;134).

     Menurut Hadari Nawawi, bahwa kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang, agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan. Kemampuan mengambil keputusan itu mengandung arti mampu menetapkan. (Hadari Nawawi, 1987:81).

     Jadi kepemimpinan adalah suatu kemampuan seorang untuk mempengaruhi menggerakkan, mengarahkan, membimbing orang lain agar bekerja bersama-samacdalam mencapai tujuan bersama.                                                  

B. Fungsi dan Tujuan Kepemimpinan.

     1.  Fungsi Kepemimpinan

     Seorang pemimpin dalam usahanya untuk menggerakkan, mengarahkan dan mempengaruhi para anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompoknya, baik kelompok resmi maupun kelompok tidak resmi, mempunyai fungsi sebagai berikut :

1.    Pemimpin sebagai eksekutif

              Sebagai eksekutif, fungsi pemimpin dalam kelompoknya ialah mengkoordinir seluruh kegiatan kelompok. Ia berfungsi langsung menentukan kebijakan kebijakan dan tujuan kelompok serta bertanggungjawab menjaga dan mengarahkan kebijakan – kebijakan itu.

2.    Pemimpin sebagai perencana

              Sebagai perencana, pemimpin memutuskan alat-alat dan cara-cara yang akan dipakai dalam mencapai tujuan kelompok. Sering juga diperlukan rencana jangka panjang disamping rencana jangka pendek untuk mencapai tujuan. Pemimpin sebagai perencana, dia sendiri yang mengetahui pola umum dari rencana itu, sedangkan anggota-anggota yang lain hanya mengetahui bagian-bagian saja dari rencana itu. Selain menjadi perencana ia juga menjaga agar rencana itu harus terlaksana.

3.    Pemimpin sebagai pembuat kebijakan.   

              Disini fungsi pemimpin adalah menciptakan tujuan-tujuan kelompok serta kebijakan - kebijakan yang diajukan dalam mencapai tujuan itu. Pada umumnya tujuan kelompok muncul dari salah satu diantara tiga macam sumber.

              Pertama, tujuan itu bersumber dari ”atas” yang dibolehkan oleh kekuasaan atasan seperti pada militer. Kedua, tujuan itu bersumber dari bawah yaitu dari keputusan-keputusan yang berasal dari seluruh anggota kelompok. Ketiga, tujuan itu bersumber dari pemimpin kelompok itu yang telah diberi mandat oleh kelompoknya.

4.    Pemimpin sebagai orang yang ahli dalam bidangnya

              Sebagai orang yang ahli dalam bidangnya, pmimpin disini merupakan suatu sumber informasi dan keahlian yang selalu siap sedia melayani anggota-anggota kelompoknya. Ia dipandang oleh kelompoknya sebagai orang yang kualitasnya  paling bagus,untuk kebutuhan-kebutuhan kelompok dan dapat mempertunjukkan pengetahuan dan keahliannya yang relevan dengan kebutuhan kelompok.

5.    Pemimpin sebagai yang mewakili kelompok untuk urusan-urusan luar

              Disini pemimpin mewakili kelompok untuk urusan-urusan luar dan juga ia menjadi juru bicara resmi dari kelompoknya. Demikian juga mengenai masalah-masalah yang datang dari luar yang ada kaitannya dengan kelompoknya,atau jika ada kelompok lain hendak berhubungan dengan kelompoknya,haruslah melalui dia. Ia disini merupakan ”penjaga pintu” dari kelompoknya.

6.    Pemimpin sebagai pengawas dalam interaksi yang berlangsung dalam kelompoknya

              Fungsi pemimpin disini ialah sebagai pengawas terhadap interaksi yang terjadi dan yang berlangsung antar anggota.

7.    Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman

              Dalam menegakkan disiplin kelompok, kekuasaan yang ada pada pemimpin dapat digunakannya untuk memberi hadiah kepada anggota-anggota teladan dan memberi hukuman kepada yang melanggar disiplin.

8.    Pemimpin sebagai penengah perantara

              Bila terjadi konflik dan pertengkaran dalam kelompok,maka fungsi pemimpin disini ialah sebagai penengah dan perantara untuk menciptakan kembali hubungan baik,antara para anggota kelompok yang terlibat dalam konflik dan pertengkaran itu.

9.    Pemimpin sebagai contoh

              Fungsi pemimpin disini ialah sebagai model yang akan menjadi contoh oleh seluruh anggotanya.

10.     Pemimpin sebagai ideologis

                 Sebagai ideologis, pemimpin merupakan sumber ideologi bagi para anggotanya. Ia merupakan sumber ideologi resmi dan kelompoknya.

11.     Pemimpin sebagai figur ayah

                 Sebagai figur ayah, pemimpin merupakan titik dari perasaan-perasaan emosional yang positif dari anggota kelompoknya. Ia merupakan objek yang ideal untuk diidentifikasi dan diikuti.

12.     Pemimpin sebagai tempat menimpakan kesalahan-kesalahan

                 Selain fungsi pemimpin menjadi objek perasaan emosional positif dari para anggotanya, ia juga dapat menjadi objek perasaan oleh para anggotanya yang kecewa dan frustasi, bilamana pemimpin ini dianggap gagal dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan ia dapat juga ”berfungsi” sebagai sasaran agresi, sebagai tempat menimpakan kesalahan-kesalahan,disamping ia sebagai orang-orang yang menerima tanggungjawab (A. Gaffar, 1992;151-153).       

              Menurut; Sondang P. Siagian, bahwa fungsi pemimpin  adalah sebagai berikut :

1.    Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.

2.    Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak  di luar organisasi

3.    Pimpinan selaku komunikator yang efektif

4.    Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik.

5.    Pemimpin selakuintegrator yang efektif, rasional, objektif dan netral (Sondang Siagian, 2003;47-48).

                James A.F Stoner, dalam bukunya; Piet A. Sahartian:” Kepemimpinan Kepala Sekolah". Agar kelompok dapat beroperasi secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu :

1.    Task related atau problem solving function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat;

2.    Group maintenance function atau social function meliputi : pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan, atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya menjembatani kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi kelompok. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mampu menampilkan dua fungsi tersebut dengan jelas (Wahjosumijo, 1992;41-42).

     2.  Tujuan Kepemimpinan

                    Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka kerja filosofi, yang dapat menjadi pedoman bagi setiap kegiatan kepemimpinan, dan sekaligus patokan yang harus dipedomani atau dicapai. 13) ( Burhanuddin, dkk;1991:134 )

                   Tujuan kepemimpinan baik,pada kelompok resmi maupun pada kelompok tidak resmi,ialah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok yang bermanfaat bagi kelompok itu. Kegiatan supervisi pengajaran berlangsung didalam suatu kelompok atau organisasi resmi yaitu didalam lembaga pendidikan resmi atau didalam jalur pendidikan sekolah (A. Gaffar, 1992;147).

 

C. Gaya dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kepemimpinan

     1.  Gaya Kepemimpinan.

                    Gaya kepemimpinan yang paling umum dalam proses perkembangan mempengaruhi perilaku seorang atau sekelompok orang dalam mencapai tujuan.Kecenderungannya berada di dua ujung garis kontinuum, yaitu perilaku dasar ini, gaya kepemimpinan, kemudian berkembang menjadi berbagai variasi, menurut selera zamannya (Moefti Wiraharja, 1987;113).

                   Gaya-gaya kepemimpinan yang pokok, atau dapat juga disebut ekstrem; ada tiga, yaitu (1) otokratis, (2) laisez faire, dan (3) demokratis. Bagaimana ciri-ciri atau sifat-sifat tiga gaya atau tipe kepemimpinan tersebut dapat diikuti dalam uraian berikut :

a.    Kepemimpinan yang otokratis

        Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otoritas hanya dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajibannya bawahan atau anggota-anggotanya hanya mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.

b.    Kepemimpinan yang leissez faire

          Dalam tipe kepemimpinan ini sebenar-sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Pemimpin yang termasuk ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpangsiur, berserakan diantara anggota-anggota kelompok, tidak merata. Dengan demikian, mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laessez faire semata-mata disebabkan oleh kesadaran dari beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.

        Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c.    Kepemimpinan yang demokratis

               Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktatori melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok,bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman sekerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya, agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

              Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggotanya, diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.

              Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri, dan menaruh kepercayaan pula pada anggota-anggotanya, bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa berusaha membangun semangat anggota-anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Disamping itu, ia juga memberi  kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggungjawabnya (Ngalim Poerwanto, 1990;48-50).

     2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan

                  Keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance).

                   Organizational achievement mencakup : produksi, pendanaan, kemampuan adaptasi dengan program-program inovatif dan sebagainya. Sedangkan organizational maintenance, berkaitan debgan variabel kepuasan bawahan, motivasi dan semangat kerja.

                   Dengan demikian tingkat perubahan organizational achievement dan tingkat organizational maintenance merupakan indikator yang dapat dipakai untuk menilai keberhasilan suatu kepemimpinan. (Wahjosumidjo, 2002; 49).

                   Para ahli membagi tiga pendekatan - teori kepemimpinan, yaitu : pendekatan sifat, pendekatan perilaku dan pendekatan situasional.

          a.  Pendekatan sifat-sifat

        Didalam uraian tentang