Wibisono : Apa Benar Corona Proxy War Dan Rekayasa Biologis AS

JAKARTA - Ancaman yang ditimbulkan virus covid-19 terhadap kesehatan masyarakat didunia sangat mengkawatirkan. Penyakit ini menyebar dengan mudah dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi di antara para korbannya (terutama lansia). Namun demikian, ada kebijakan pemerintah AS yang berpotensi berbahaya yang bisa menjadi preseden, yaitu reaksi AS terhadap wabah Corona ternyata biasa saja.

Baru sekitar 11 maret 2020 Presiden Trump telah mengumumkan melarang masuknya Turis asing yang datang dari china, dan ia secara bertahap memperluas pembatasan itu ke negara negara lain terutama sebagian negara eropa selama 30 hari.

Mengutip pernyataan Mantan Profesor Antropologi di Cabrillo College di Aptos, California, Dennis Etler membuat analisa mengejutkan terkait wabah virus corona yang sejauh ini merenggut setidaknya puluhan ribu lebih korban jiwa, serta belasan ribu lainnya terinfeksi di 125 negara, ia menyebutkan ada dugaaan awal sabotase dan rekayasa biologis oleh AS.

Menurut pengamat militer Wibisono mengatakan, ada alasan kuat untuk curiga terhadap peran AS terkait asal mula coronavirus di Wuhan - China. Meskipun, kata dia, dugaan awal sabotase dan rekayasa biologis oleh AS belum terbukti valid.

Namun, lanjut Wibi harus diingat, AS adalah aktor yang buruk, kata-katanya tidak dapat dipercaya dan memiliki sejarah terlibat dalam tindakan klandestin ilegal dan tidak bermoral, baik di dalam maupun luar negeri. AS juga memiliki motif untuk merekayasa dan menyebarkan virus semacam ini di China namun kenyataannya malah kebablasan dan menjadi Pandemi.

AS bisa menggunakan proxy war disetiap strategi yang dapat dilakukan untuk mencoba membuat ekonomi China tidak stabil, dan mereka juga telah meluncurkan kampanye propaganda yang tak berkesudahan untuk menjelekkan dan mengucilkan China. Apakah itu merekayasa wabah itu atau tidak, ia memanfaatkannya untuk memajukan agendanya yang anti-China, sedangkan perang dagang AS-China semakin memuncak.

Media AS, yang merupakan hamba dari elit ekonomi dan politik, telah memainkan permainan polisi yang baik dan polisi yang buruk ketika mereka melaporkan epidemi coronavirus Wuhan, salah satu yang nyata adalah pernyataaan Trump yang menyebut virus corona ini dengan sebutan virus china, ulas Wibi.

Permainan polisi baik terkait dengan artikel di beberapa media AS yang memuji gerak cepat China untuk mengatasi wabah. Tetapi ada juga artikel yang mengkhawatirkan menyebarkan narasi palsu dan berita palsu tentang hal itu, menghidupkan ketakutan akan penyebaran virus dan kemungkinan konsekuensinya yang mengerikan. Efeknya adalah untuk meragukan upaya China dan lebih jauh menstigmatisasi bangsa China dan rakyatnya, katanya.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. Kecurigaan Etler terhadap peran AS dibalik munculnya virus ini ditambah dengan adanya statement dari Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, yang mengatakan, AS bisa kembali mendapatkan pekerjaan di China.

Pernyataan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross sebelumnya sangat memalukan dan tidak berperasaan, yang menunjukkan penghinaannya terhadap kehidupan, kesehatan, dan keselamatan rakyat China, imbuh wibi

Wabah virus dengan demikian seolah-olah dibuat khusus untuk mencapai tujuan Washington. Virus ini cukup ringan untuk tidak dirasakan konsekuensi apokaliptik, tetapi berdampak parah, karena harus ada langkah ekstrim dan agresif untuk menahannya, tegas Pembina Advocat Bangsa Indonesia.

Apakah virus itu merupakan jalur mutan dari koronavirus yang muncul secara alami, atau senjata biologis yang direkayasa secara genetis?, Pertanyaan ini tentu saja masih bisa diperdebatkan, tandasnya.

Saat ini China harus fokus pada satu hal dan satu hal saja, mengisolasi wabah untuk melindungi tidak hanya rakyatnya sendiri tetapi rakyat dunia." Saya salut atas upaya China yang berani mengeluarkan biaya besar untuk menanggulangi virus ini, sebuah pengorbanan yang besar. Harus disambut dan dihargai di seluruh dunia," jelasnya. (yod's)

TAG

Berita Terkait