Puskesmas Banjar Gelar Pertemuan Akselerasi Pelaksanaan Stunting

Pertemuan Akselerasi Pelaksanaan Stunting oleh Puskesmas Banjar. (Foto: Mihari/Advokasi.co)

SAMPANG - Pertemuan akselerasi stunting di Desa Komis, Jum'at (4/9/20) siang berkat dukungan semua lintas sektor. Pertemuan dihadiri langsung oleh Tim Pokja stunting Kabupaten Sampang. 

Plt. Kepala Puskesmas Banjar Lailatul Muadhomah, M.Kes mengatakan bahwa Desa komis ini harus benar-benar bebas dari stunting. Maka yang berperan aktif untuk pengasuh anak yaitu nenek, bibi, kakak, itu sangat penting dalam menjaga gizi balita. Mengingat Desa Komis mobilitas penduduknya tinggi.

Lailatul menjelaskan ada penurunan stunting di Desa Komis, semula 61% tahun 2018. Tahun 2019 angka stunting Desa Komis di angka 23% dan tahun 2020 menjadi 18,2%. Penurunan ini karena peran aktif semua sektor yang saling terintegrasi. Serta peran kader, bidan desa, PKK desa, pendidikan, pertanian, KUA yang bergerak untuk lebih meningkatkan kerja sama lintas sektor.

"Untuk mempertahankan ini semua perlu kontinuitas pemantauan ibu hamil sejak 1000 HPK. Bagian yg terpenting juga adalah peran KUA dalam memberikan penyuluhan bagi calon pengantin (catin), untuk tidak menikah di usia muda sesuai dengan UU Perkawinan. Disini peran kyai, pemangku kebijakan desa sangat penting. Intinya akselerasi penurunan stunting semua lintas sektor harus bergerak secara nyata, fokus pada sasaran dan terintegrasi," ungkapnya.

Lailatul mengatakan tidak hanya pada balita, remaja juga menjadi kelompok usia potensial yang bisa dilibatkan dalam berbagai program pencegahan stunting sejak dini. "Akselerasi pelaksanaan stunting tersebut untuk memberikan asupan gizi yang cukup mulai terutama pada periode emas 1000 hari kehidupan bayi. Yaitu sejak dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Serta pemberian imunisasi pada bayi mulai lahir sampai usia 9 bulan dan memberikan imunisasi lanjutan pada usia 1 sampai 18 tahun. Serta dengan memberikan bantuan konseling untuk ibu agar menyusui secara eksklusif," paparnya.

Selain itu, Lailatul Muadhomah menyampaikan anak yang mengalami stunting, perkembangan otaknya lebih lambat sehingga mempengaruhi kemampuan belajar dan mental anak. Akibat jangka panjangnya kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya yang seharunya di usia tersebut ia sudah bisa melakukan banyak hal, tapi ia tidak mampu melakukannya.

"Hal ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya karena saat dewasa anak mengalami banyak kesulitan, maka harapan kami agar para orang tua harus hati-hati menjaga asupan gizi anak dengan baik mulai sejak usia kandungan dan melahirkan," tungkasnya. (Hari)