Efek PPKM Nendang, Bisnis Kuliner Di Puncak Megap-Megap

Nunung (kiri) dan Ika (kanan) pelaku usaha kuliner di sekitaran stadion Kabupaten Bangkalan. (foto : wahyu/advokasi.co)

BANGKALAN - Sudah tak terhitung jumlah para pelaku bisnis kuliner mengalami gulung tikar alias tidak beroperasi selama penerapan PPKM Darurat yang sekarang berubah menjadi PPKM Level.

Sementara bagi para pelaku bisnis kuliner yang masih bertahan terus berupaya bangkit di tengah penerapan PPKM Level.

Nunung dan Ika, adalah contoh salah satu Owner destinasi wisata kuliner akibat imbas dari adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level oleh pemerintah, Kamis (29/7/2021).

Meski tanpa sentuhan bantuan dana dari Pemerintah, kedua owner tersebut tetap berusaha untuk menghadapi segala macam tantangan yang ada.

Nunung, Owner destinasi wisata kuliner mengatakan, omzet penjualannya anjlok. Sebelum penerapan PPKM Darurat atau PPKM Level, omzet bisnisnya naik. Namun kini menurun.

"Dampak PPKM baginya sangat berdampak, yang awalnya penghasilan lumayan kini berkurang sekitar 70% atau 80%. Jadi penghasilannya sangat minim sejak pemerintah menerapkan kebijakan PPKM untuk memutus mata rantai Covid-19," ujarnya.

Nunung mengaku akan tetap berjuang sekuat tenaga untuk menjalankan bisnis kulinernya.

"Bismillah tetap dikasih rezeki sama Allah Swt," ungkapnya.

Dia berharap pemerintah memberi bantuan terhadap para pelaku bisnis kuliner yang belum menerima bantuan, mengingat PPKM dampaknya luar biasa.

 "Untuk pemerintah memberi bantuan yang sewajarnya untuk pedagang, karena dampak dari PPKM ini luar biasa," harapannya.

Sementara di tempat berbeda, Owner Ika, sejak PPKM diberlakukan dirinya mengaku sedih karena terancam kehilangan pemasukan.

Semenjak virus Corona, lalu ditambah lagi dengan kebijakan PPKM yang mengakibatkan penurunan omset bisnis kulinernya.

"PPKM sangat berdampak karena yang tadinya penghasilan kita itu bisa lebih dari 1 juta per hari sekarang menurun drastis, ingin mencapai 500 ribu per hari saja megap megap," ujarnya.

Ika berharap pemerintah tetap memperhatikan lagi kepada pelaku bisnis kuliner yang benar benar terdampak. Bisa juga dengan melakukan pengawasan dan pembinaan kembali bagi para pelaku usaha kuliner seperti dirinya.

"meminta kepada pemerintah adanya subsidi yang terdampak selama PPKM termasuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi pelaku usaha kuliner seperti dirinya. Karena jual kuliner itu bukan jualan mentah tapi jualan matang, jelasnya. (wahyu)