Bahaya! Aedes Aegypti Serang Satu Desa Di Mojokerto

Ilustrasi.

Musim hujan, nyamuk Aedes Aegypti sudah mulai menghantui warga Desa di Mojokerto. Sudah beberapa pasien terserang penyakit yang selalu menjadi momok bagi masyarakat.

Gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini bisa menyerang siapa saja tidak memandang usia. Waspadalah.

MOJOKERTO - Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menghantui Desa Parengan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Bahkan, seorang anak berusia enam tahun meninggal dunia pekan lalu akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.

Keganasan nyamuk aedes aegypti yang dapat membawa virus dengue ini tidak menyasar satu anak saja di Desa itu, melainkan tujuh anak-anak lainnya dari tiga rukun tetangga di dusun tersebut yang kini kondisinya masih dalam perawatan pihak medis hingga saat ini.

Kasus darurat DBD di Desa Parengan ini rupanya terdengar sampai ke telinga Kepala Puskesmas Jetis, dr Nurcahyati Akbar Kusuma Wardani yang langsung bergerak cepat.

Upaya pencegahan pun dilakukan Nurcahyati yakni pengambilan sampel pada penderita yang memiliki ciri mengarah ke DBD, selain itu pihaknya juga melakukan fogging (pengasapan) untuk membunuh nyamuk itu ke sejumlah desa, terutama ke rumah warganya sudah dinyatakan positif DBD.

''Sekarang sudah bisa dikatakan darurat, karena di Desa Parengan, ada satu anak meninggal, usianya enam tahun positif DBD,'' kata Kepala Puskesmas Jetis, dr Kusuma Wardani, Sabtu (8/1/2022).

Nurcahyati mengatakan, guna mencegah persebaran DBD dan mengantisipasi kejadian yang tak kita inginkan, semua kepala desa di Kecamatan Jetis bakal dikumpulkan untuk dilakukan edukasi ke masyarakat.

"Kita sosialisasi di Desa Perning dulu, setelah itu Parengan. Kita tegaskan kalau panas tiga hari wajib dilakukan uji laboratorium. Kalau mereka tidak punya BPJS, tidak apa-apa pakai KTP, kita yang datang ke desa," ujarnya, Sabtu (8/1/2022).

Kepala Puskesmas Jetis, dr Kusuma Wardani meminta kepada masyarakat tetap menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Kusuma Wardani menegaskan, ditengah pandemi Covid - 19, penyakit DBD tidak boleh diremehkan, masyarakat tetap menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan masyarakat juga diminta lebih responsif jika keluarganya mengalami gejala DBD.

"Kami berharap pada masyarakat agar dapat lebih responsif membawa anggota keluarganya yang sakit untuk menjalani pemeriksaan di fasilitas kesehatan. Itu dibutuhkan mengurangi risiko paling buruk akibat DBD," harapnya. (ridho'i nababan)